Sekitar awal tahun 2014, ada seorang kawan dari Makassar yang kebetulan singgah di Surabaya. Beliau adalah satu dosen di Perguruan Tinggi Makassar yang tengah menyelesaikan program pendidikan doktoralnya di salah satu Perguruan Tinggi di Malang.
Saat itu beliau kebetulan baru turun dari pesawat di Bandara Internasional Juanda.
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Malang, beliau singgah dulu di tempat kami. Karena hanya singgah sebentar, beliau merasa tidak perlu menginap di
hotel.
Sambil menunggu waktu untuk melanjutkan perjalanan ke Malang, saya menemani beliau berbincang basa-basi sebagai dua orang ibu rumah tangga. Obrolan mengenai anak-anak dengan segala keunikan dan tingkah lakunya mengisi percakapan kami, kemudian meluas ke arah aktivitas kami, dan kota asal kami.
Obrolan kami cukup seru. Biasa, kalau dua orang wanita bertemu, pasti ada saja yang diobrolkan. Hingga akhirnya beliau menceritakan tentang keunikan salah satu suku di Kabupaten Bulukumba, yaitu suku Kajang.
|
Patung Berupa Pasangan Laki-laki dan Perempuan di Kecamatan Kajang |
Beliau menceritakan tentang bagaimana Suku Kajang Dalam yang tetap memegang teguh adat dan tradisi hingga saat ini. Beliau terlihat sangat antusias dalam menceritakan Suku Kajang kepada saya. Beliau bahkan menunjukkan kondisi Suku Kajang melalui foto dan video yang ada di laptopnya.
Sambil membuka-buka file foto-foto dan video beliau selama berkunjung ke wisata adat Ammatoa, beliau banyak bercerita tentang kehidupan masyarakat Suku Kajang, terutama Suku Kajang Dalam, yaitu Suku Kajang yang masih benar-benar murni memegang adat dan tradisi ke'suku'annya.
Beliau bercerita mengenai Suku Kajang terkait bagaimana kuatnya tingkat spiritualitas mereka, bagaimana Suku Kajang sangat menghargai alam, sehingga kelestarian alam di sana masih terjaga.
Beliau juga menceritakan cara Suku Kajang melakukan pemilihan kepala adat, melayani tamu, dan aktivitas kehidupan sehari-hari yang masih sangat kental dengan adat dan tradisi nenek moyang.
Pemeliharaan dan penjagaan tradisi yang memberi dampak sangat positif terhadap pelestarian alam tersebut menjadikan Suku Kajang menjadi obyek wisata adat di Kabupaten Bulukumba.
Wisata adat Ammatoa yang bertujuan untuk mengenalkan pada masyarakat, bagaimana adat yang dijaga dan dipelihara tetap ada di bumi Indonesia dan memberikan efek positif bagi pelestarian lingkungan.
Saya sangat tertarik dengan cerita beliau tentang Suku Kajang tersebut. Saya minta ijin untuk meng'copy' file foto dan video beliau saat berkunjung ke Suku Kajang Dalam. Hingga sekarang saya masih menyimpan foto-foto dan video beliau di laptop saya.
Saat membuka
twitter, di timeline terbaca oleh saya jika ada Lomba
Blog Pegipegi yang bekerjasama dengan
Blogdetik dengan tema '
Ecotourism', wisata berwawasan lingkungan. Saya jadi teringat dengan Wisata Adat Ammatoa, wisata adat Suku Kajang, yang pernah diceritakan oleh kawan saya tersebut. Saya pun mulai membuka-buka file foto-foto dan video tentang Suku Kajang di laptop saya, dan mengingat kembali apa yang pernah diceritakan beliau kepada saya.
|
Saat Akan Masuk Wisata Adat Ammatoa, Pengunjung Diharuskan Memakai Pakaian Hitam-hitam |
|
Selamat Datang di Kawasan Adat Ammatoa |
|
Rumah-rumah Panggung |
|
Kaum Perempuan Suku Kajang |
Mengunjungi kawasan adat akan menjadi sangat menyenangkan, menyeruak hutan-hutan perawan yang jinak oleh adat dengan pepohonan yang tetap tumbuh lebat. Dengan demikian perjalanan wisata #BukanSekedarTraveling, karena akan ada banyak pelajaran dan hikmah yang diperoleh dari perjalanan tersebut. Ya, dengan harapan kearifan lokal Suku Kajang dapat dipelajari dan diaplikasikan dalam pengelolaan wisata di Nusantara.
Beberapa cerita teman saya terkait kearifan lokal di Suku Kajang yang masih sedikit tersimpan dalam ingatan saya dan ingin saya lihat dengan mata kepala sendiri di sana di antaranya adalah:
Pelaksanaan upacara adat yang ramah lingkungan
Ketika ada upacara adat yang mengharuskan makan besar, maka ketua adat tidak memperbolehkan masyarakat untuk berburu binatang ke hutan, tetapi dengan ritual tertentu, maka binatang-binatang hutan itu sendiri yang akan keluar dari hutan. Mendengar cerita tersebut memang terkesan sangat mustahil. Namun begitulah kenyataannya, ketika manusia begitu dekat dengan alam dan menghargainya, maka alam akan memenuhi kebutuhan manusia dengan sendirinya.
Menyiapkan dan Memasak Hidangan untuk Tamu di Dekat Pintu Di Teras Rumah
Tujuannya memang untuk menghormati tamu dan menunjukkan secara terbuka pada tamu, bahwa yang dihidangkan adalah makanan dan minuman yang dimasak dengan cara yang baik dan bersih.
Alam yang Memilih Ketua Adat
Pemilihan ketua adat yang aman dan terkendali tanpa harus terjadi bentrok dan konflik antarkandidat dan antarpendukung. Mengapa? Karena alam yang akan memilih.
Menurut teman saya, pemilihan ketua adat dilakukan dengan melakukan pemantikan api (membakar sesuatu). Setelah itu ditunggu arah asap menuju ke mana. Asap api inilah yang menentukan siapa ketua adat terpilih, yaitu calon ketua adat yang diituju oleh arah asap.
Pastinya masih banyak kearifan lokal yang dapat dipelajari dan dinikmati selama perjalanan wisata adat ini.
|
Menyambut Hari ..... |
|
Pantai di Senja Hari |
|
Menikmati Kuliner Khas di Kajang |
Rasanya satu hari berkunjung ke sana tidak akan cukup waktu. Jadi, jika berniat ke sana, maka harus menginap di
hotel untuk satu atau dua malam. Apalagi perjalanan di Pantai dan pasar ikannya yang pasti akan menggiurkan sekaligus wisata kulinernya .....
Ayuuk, siapa mau ikuuut ....
Foto dan Video: Ibu Ulan
Bulukumba, Sulawesi Selatan